HESTEK.CO.ID – Kasus meninggalnya Havid S. Duto, warga Kota Gorontalo yang mengalami sesak napas berat pada Senin (17/11/2025), memantik sorotan publik terhadap kesiapsiagaan layanan ambulans Puskesmas Sipatana.
Risnawaty Duto keluarga Havid S. Duto menilai, fasilitas yang seharusnya menjadi penolong justru tidak dapat diandalkan saat kondisi kelaurganya memburuk hingga membuatnya sulit bernapas.
Apalagi upaya yang dilakukan keluarga telah maksimal, dimana telah menghubungi sopir ambulans Puskesmas Sipatana untuk meminta penjemputan.
Namun jawaban yang diterima sangat mengejutkan. Sopir Ambulance menyampaikan bahwa ia tidak berada di puskesmas, karena sedang mengikuti pertandingan bola voli.
Hal ini membuat keluarga mempertanyakan standar operasional puskesmas dalam memastikan ambulans tetap siap kapan pun dibutuhkan.
Permintaan keluarga agar ambulans segera datang pun tak kunjung dipenuhi. Setelah menunggu belasan menit tanpa kehadiran kendaraan medis, kondisi Havid terus memburuk.
Merasa situasi semakin gawat, keluarga menghubungi pimpinan Puskesmas Sipatana untuk meminta penanganan cepat. Namun mereka kembali dibuat kecewa. Informasi yang diterima tetap sama, kedua sopir ambulans sedang berada di lapangan voli.
Bagi keluarga, ini menunjukkan lemahnya sistem kesiapsiagaan Puskesmas Sipatana. Ambulans yang seharusnya menjadi sarana utama penanganan kegawatdaruratan justru tidak tersedia karena alasan aktivitas internal.
“Dalam kondisi seperti ini, keluarga kami sangat membutuhkan oksigen dan pendampingan tenaga medis dari ambulans. Tapi itu semua tidak bisa terpenuhi,” ujar Risnawaty.
Puskesmas Sipatana Beri Klarifikasi
Kepala Puskesmas Sipatana, Rita Bambang, memberikan klarifikasi berbeda. Ia menyebut ambulans sebenarnya dapat digunakan, namun sopir sedang berada di lapangan dan komunikasi dengan keluarga sempat tidak tersambung.
Ia menilai situasi tersebut terjadi karena kurangnya koordinasi, dan menegaskan bahwa pelayanan publik tetap menjadi prioritas meski terdapat kegiatan olahraga yang diikuti pegawai.
Namun klarifikasi itu langsung dibantah pihak keluarga, termasuk Kepala Kelurahan Molosifat U, Septian Z. Duto. Ia menegaskan komunikasi telefon berjalan lancar tanpa terputus.
“Tidak ada telepon yang terputus. Jawaban dari awal selalu sama, sopir sedang ikut voli,” tegas Septian.
Ia menambahkan, keluarga bahkan sudah menyiapkan sopir pengganti agar ambulans bisa segera menjemput, namun kendaraan tetap tidak diizinkan keluar.
Kasus ini diharapkan dapat menjadi perhatian pemerintah daerah, mengingat ambulans merupakan layanan dasar yang seharusnya dapat diakses cepat dalam situasi darurat.







