SIAPA yang tidak pernah punya masalah? Setiap manusia pasti punya masalah. Siapa yang tidak pernah diuji? Setiap manusia sedang menjalani ujian. Siapa yang tidak pernah terkena musibah? Setiap manusia pernah mendapat musibah walau ringan kadarnya.
Masalah – ujian – musibah merupakan pernak pernik kehidupan yang mengiringi manusia semenjak pertama kali membuka mata sampai nanti kembali menutup mata.
Ketiga istilah ini seringkali dipahami negatif sehingga manusia selalu berusaha menghindarinya. Walaupun sebenarnya ia sadar bahwa hidup tidak akan lepas dari tiga kejadian tersebut.
Adalah sebuah masalah bila kita tidak memahami dan menempatkan tiga istilah tersebut dengan benar.
Beberapa dan mungkin kebanyakan kita salah dalam menyikapi sesuatu lantaran tidak memahami ia sedang diuji, sedang mendapat masalah atau sedang mendapat ujian.
Untuk itu, coba kita bedakan tiga istilah ini dengan santai dan tetap fokus supaya tak jadi tambah masalah hehe.
Masalah itu sesuatu yang harus dipecahkan, dicari solusi dan diselesaikan. Ujian adalah sesuatu yang harus dilalui sampai akhir untuk mengetahui dan meningkatkan mutu yang diuji.
Sedang Musibah adalah sesuatu yang harus diterima dalam perjalanan hidup.
Ada titik perbedaan yang harus kita pahami:
“Masalah harus dipecahkan dan diselesaikan”, “Ujian harus diterima dan dilalui sampai selesai”, dan “Musibah itu harus diterima” Oleh karena itu, Hidup adalah ujian yang di dalamnya ada masalah yang harus diselesaikan dan kadang ada musibah yang harus diterima.
Sesuatu yang menimpa kita harus kita tempatkan dengan benar: ia masalah, ujian atau musibah. Masalah butuh solusi dan jalan keluar juga harus segera diselesaikan. Ujian tidak butuh diselesaikan, ia hanya perlu dilewati dengan benar. Sedang musibah, ia hanya perlu diterima dengan ikhlas dan lapang dada. Selesai.
Hidup itu ujian (Quran surat Al Mulk ayat 2) maka jalani dengan cara yang benar. Terima dan lalui dengan sikap yang sesuai petunjuk Si Pembuat Ujian. toh ujian ada selesainya dan ujian tidak boleh berhenti di tengah jalan.
Jadi, ketika timbul masalah dalam hidup maka yang diselesaikan adalah masalahnya, bukan hidupnya. Karena hidup adalah ujian. bukan kita yang menentukan kapan usainya. Justru ketika hidup diakhiri sendiri, disitu ada adzab menanti. Neraka ancamannya karena ia gagal melewati ujian.
Oleh karena itu, dalam ekonomi, keuangan, kesehatan, dan lainnya yang ada adalah “masalah” bukan ujian. sehingga dalam bidang tersebut harus dicari solusi dan segera diselesaikan dan tidak boleh dianggap ujian yang hanya dilalui saja. Ia adalah masalah yang perlu diakhiri.
Makanya kita tidak pernah mendengar istilah “ujian ekonomi, ujian keuangan, ujian bidang kesehatan, dll” karena ia hanya masalah yang timbul dalam kehidupan manusia.
Kita sering mendengar istilaah “ujian” dalam ranah pendidikan. Misalnya Ujian tengah semester, Ujian akhir semester, sampai Ujian akhir nasional. Memang betul semua itu adalah “ujian”. Maka seorang siswa harus melalui tahap itu dan tidak bisa tidak. Haram hukumnya seorang siswa cepat-cepat mengakhiri dan apalagi tidak mengikutinya.
Di tata cara terbaru pun, “ujian sekolah” semakin sesuai namanya. Dari segi waktu, misalnya. Sekarang siswa yang mengikuti “ujian” harus tetap di tempat duduk sampai waktu ujian selesai. Ia tidak boleh keluar meninggalkan kelas walaupun sudah menyelesaikan soal / masalah nya. Ini sudah betul. Memang “ujian “ itu harus dilalui sampai akhir.
Musibah. Sering kita dengar kata muslibah dan berkonotasi negatif. Misalnya musibah bencana alam, musibah kematian, musibah kecelakaan, dan sebagainya. Tidak salah memang penempatan kata “musibah” untuk membuat rangkaian kata tersebut. Sesuatu negatif yang mengenai kehidupan kita memang “layak” disebut “musibah”.
Masalahnya, kita sering salah menyikapi “musibah”. Padahal “musibah” adalah sesuatu yang harus diterima dalam hidup. mau tidak mau ia pasti datang dan terima tidak terima ia harus diterima. Ia harus ikhlas diterima saat itu juga.
Allah memberi “musibah” supaya manusia bersabar terhadap ketentuanNya. Solusinya ya “sabar” itu. Dan kesabaran itu akan diganjar kebaikan dan surga. Dalam al baqarah ayat 157 disebutkan bahwa yang sabar dalam menerima ‘musibah” lalu megembalikan musibah itu sebagai ketentuan dari Ilahi, maka mereka itu yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.
Maka “musibah” tidak harus sesuatu yang jelek. Kecantikan, ketampanan, kekayaan, kegagahan dan sebagainya itu bisa jadi adalah “musibah” yang digunakan untuk menguji kita.
“musibah’ tidak boleh ditolak, bahkan tidak bisa ditolak. Ya diterima saja dan disikapi dengan benar. Hanya saja “musibah” bisa jadi diberikan lantaran kita berbuat salah dan dosa. Untuk itu supaya “tidak mudah” terkena musibah ya berbuatlah yang baik sesuai aturan yang benar.
Dan, musibah bisa jadi sekaligus ujian, untuk mengetahui sejauh mana kita bisa melalui dan bersikap sesudahnya. Musibah seringkali menimbulkan masalah setelahnya dan inilah yang harus kita selesaikan, kita cari solusinya. Yaitu masalah nya, dan bukan ujiannya.