Share :
EMPAT (4) Tahun Tsunami Palu, Pulanglah Aksar! Istri dan Anakmu Menunggu!
Ungkapan tersebut di atas, terasa masih selalu terngiang jika mengenang crosser (pecinta olahraga motor cross) asal Makassar yang belum juga pulang, atau ditemukan itu. Hidup atau sudah berupa jasad.
Tidak terasa 4 tahun sudah musibah gempa disertai tsunami di Palu, Sulawesi Tengah yang terjadi pada Jum’at 28 September 2018 silam.
Salah satu korban tsunami, adalah Muhammad Aksar, crosser (pecinta motor cross) asal Makassar, Sulawesi Selatan yang hingga kini jasadnya atau jenazahnya tidak ditemukan pasca gempa terjadi.
Seperti diketahui, gempa bumi dan tsunami Sulawesi 2018 adalah peristiwa gempa bumi berkekuatan 7,4 Mw diikuti dengan tsunami yang melanda pantai barat Pulau Sulawesi, Indonesia, bagian utara pada tanggal 28 September 2018, pukul 18.02 WITA.
Tercatat jumlah korban jiwa yang meninggal tersebar di Kota Palu 2.141 orang, Kabupaten Sigi 289 orang, Donggala 212 orang dan Parigi Moutong 15 orang atau berjumlah total 2.657 orang.
Selain itu ada korban hilang 667 orang (di antaranya Aksar), korban jiwa tak teridentifikasi 1.016 sehingga total korban jiwa 4.340 orang.
Apa yang menyebabkan terjadinya tsunami di Palu?
Berdasarkan informasi yang ditelusuri penulis, sumber penyebabnya diketahui bahwa 90% dari tsunami tersebut disebabkan oleh aktivitas gempa bumi tektonik.
Selain itu, diantaranya 9% akibat aktivitas vulkanik dan 1% oleh tanah longsor yang terjadi dalam tubuh air (danau atau laut) maupun longsoran dari darat yang masuk ke dalam tubuh air.
Sementara penyebab tsunami di Palu pada tahun 2018, menurut BNPB, tsunami ini sebabnya adalah adanya kelongsoran sedimen dalam laut yang mencapai 200-300 meter.
Sutopo Purwo Nugroho, pihak Humas BNPB lebih lanjut menyatakan bahwa sendimen tersebut belum terkonsolidasi dengan kuat sehingga ketika diguncang gempa terjadi longsor.
Kota Palu sendiri dikabarkan menderita kerugian material senilai Rp8,3 triliun, Kabupaten Sigi Rp6,9 triliun, Donggala Rp2,7 triliun, dan Parigi Moutong Rp640 miliar.
Kerugian yang paling besar ada di sektor permukiman karena hampir semua bangunan di sepanjang Pantai Teluk Palu rata dengan tanah diterjang tsunami.
Saya mengenal dekat sosok Aksar, panggilan akrabnya dan di medsos memakai akun @Aksar_KangPhoto, tentu saja karena dia adalah adik sepupu saya sendiri.
Aksar ke Palu mengikuti event motor cross memperingati ulang tahun ibukota Sulawesi Tengah ini. Aksar bersama teman crosser-nya, menggelar tenda di tepi pantai saat tsunami itu datang.
Kontan saja keluarga di Makassar panik dan berduka. Terlebih istri Aksar, yang saat itu lagi mengandung kelahiran anak pertama pasangan suami-istri ini.
Hingga sang anak lahir, Aksar belum juga “kembali” dari Palu. Seluruh keluarga, terutama istri, bapak dan ibu Aksar masih tetap berharap Aksar ditemukan dalam keadaan hidup atau mati.
Tapi Allah ternyata sudah membawanya “pulang” ke alam-Nya yang lain.
Satu kenangan yang ditinggalkan almarhum kepada saya dan keluarga, yakni ketika Aksar yang mantan fotografer Pemkab Bantaeng, era bupati Prof Nurdin Abdullah (terakhir menjabat Gubernur Sulsel) datang dari Makassar ke Bekasi ketika saya menikahkan putra sulung: Akbar Ramadhan
Aksar menginap di rumah saya di Kota Bekasi Jawa Barat. Ikut hadir di acara adat “Anggorongtigi” (melepas masa lajang calon pengantin) hingga acara akad nikah/pesta di gedung di Jakarta.
Aksar datang membawa kamera DSLR-nya dan sempat mengabadikan acara tersebut, baik di Bekasi maupun di Jakarta.
Untuk mengenang Aksar — putera kedua dari Haji Abdul Salam Puang Sarrang (mantan Lurah Kapasa, Kecamatan Biringkanaya, Kota Makassar), saya juga menulis artikel “In Memoriam” di Kompasiana (Harian Kompas Grup).
Selamat jalan Aksar. Tenanglah di sana! Hanya doa dan Al-Fatihah yang bisa kukirimkan kepadamu. Aamiin.
Penulis : Nur Terbit – Penulis Buku Wartawan Bangkotan, Lika-Liku Kisah Wartawan, Mati Ketawa Ala Netizen, Editor Harian Terbit (1984-2014).
Konten ini telah tayang di Kompasiana.com dengan judul “Kisah Pilu dari Gempa Palu”