Post ADS 1
Opini  

Tragedi Kanjuruhan, Momentum untuk Berbenah

Situasi saat terjadi kerusuhan oleh suporter di Stadion Kanjuruhan, Malang. [Ist]
banner 120x600
 

TRAGEDI pilu mencoreng nama baik dunia sepak bola Indonesia. Betapa tidak, 129  nyawa melayang, bahkan mungkin akan lebih. Kejadian naas ini menjadi catatan sejarah pertama dalam dunia sepak bola Indonesia.

Kita semua malu dengan kejadian memilukan ini. Sejatinya sepak bola adalah hiburan. Seharusnya masyarakat Indonesia terhibur dengan cabang olahraga ini.

Harus kita akui, Indonesia belum bisa menjadikan olahraga sepak bola sebagai bagian dari mata pencaharian. Sekelas piala dunia yang melibatkan pemain dari semua negara pun belum pernah menorehkan catatan sejarah kelam seperti yang di alami di negeri ini.

Media asal Amerika Serikat, New York Times turut mengabarkan soal kerusuhan ini dan menuliskan beberapa orang tewas setelah lusinan suporter masuk ke lapangan seusai pertandingan.

“Kekerasan sepak bola telah lama menjadi masalah bagi Indonesia. Kekerasan, seringkali persaingan mematikan antara tim-tim besar adalah hal biasa,” tulis New York Times.

“Beberapa tim bahkan memiliki klub penggemar dengan apa yang disebut komandan, yang memimpin pasukan pendukung untuk pertandingan di seluruh Indonesia. Suar sering dilemparkan ke lapangan dan polisi anti huru hara selalu hadir di banyak pertandingan,” sambung tulisan tersebut. (Sultraantranews.com)

Siapa yang salah?

Kita bertanya siapa yang salah? Tentu kita bisa menuding segelintir orang. Yang pasti kesadaran masyarakat Indonesia dalam dunia sepak bola yang harus dibenahi.

Saya kira semua peraturan sudah ada dalam menyelenggarakan event berskala nasional. Persatuan Sepak Bola Indonesia, ( PSSI) sudah pasti memiliki aturan mainnya yang baku.

Soal stadion, soal pengamanan, soal kewajiban suporter, semua sudah ada mekanisme. Yang harus dibenahi adalah apakah aturan ini sudah diterapkan dengan baik? Sudah dijalankan? Apakaha semua patuh pada aturan yang berlaku?

Sekelas dunia hal-hal kecil justru mendapat perhatian serius. Comtoh, tidak diperbolehkan  suporter membawa botol air, kecuali bahan bakunya adalah kertas. Ini hal sederhana tetapi berimbas.

Bagaimana mungkin terjadi pelemparan di arena pertandingan oleh suporter?

Tragedi memilukan di arena hijau, seharusnya menjadi titik awal pembenahan regulasi yang ada. PSSI harus berbenah. Aturan main harus dipatohi. Apa artinya sepak bola sebagai sebuah hiburan bila menimbulkan korban?

Saya mengapresiasi keputusan Presiden Jokowi, untuk menghentikan sementara kegiatan sepak bola demi pembenahan dan reformasi di dunia olahraga kita.

Prinsip olahraga adalah untuk tubuh yang sehat dan jiwa yang sehat. Lantas mengapa ada korban? Mari kita sadar diri. Tragedi Kanjuruhan harus menkadi momentum untuk berbenah.

Penulis : Kris Fallo - Penulis Buku
Konten ini telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "Tragedi Kanjuruhan, Momentum untuk Berbenah".