HESTEK.CO.ID – Jurnalis Kontras.id, Roling Djafar alias Thoger, akhirnya memberikan pernyataan atas tuduhan pemerasan terhadap pelaku PETI dalam pemberitaan di beberapa media siber belum lama ini.
Thoger dengan tegas membantah tuduhan tersebut. Ia menganggap tuduhan itu merupakan bentuk serangan balik terhadap dirinya dari oknum-oknum yang terlibat PETI di Pohuwato.
“Saya merasa ini adalah bentuk serangan balik yang dilakukan oleh pihak-pihak yang merasa risih dengan pemberitaan saya, mengenai aktivitas tambang emas ilegal di Pohuwato,” kata Thoger, dalam keterangan resminya.
Menurut Thoger sejak ia mulai memberitakan aktivitas PETI di wilayah Pohuwato, sejumlah pihak yang diduga terlibat dalam praktik ilegal tersebut berulang kali menghubunginya untuk meredam pemberitaan.
“Salah satu yang menghubungi saya bernama Arlan, ia mengaku dari media siber otanahanews.com. Dia meminta saya menghapus salah satu berita terkait dugaan keterlibatan oknum yang disebutkan dalam pemberitaan saya,” ujar Thoger.
Dalam percakapan itu, kata Thoger, Arlan mengaku bahwa salah satu inisial pelaku PETI yang disebutkan dalam pemberitaan di media siber Kontras.id merupakan saudaranya, yakni YR alias Oca.
“Arlan ini meminta agar berita tersebut dihapus karena dianggap terlalu keras dan tidak baik dibaca. Namun saya tidak memberikan merespon lebih,” beber Thoger.
Beberapa hari setelah percakapan itu, lanjut Thoger, otanahanews.com menerbitkan sebuah artikel berita dugaan pemerasan terhadap pelaku PETI di Pohuwato oleh dua orang jurnalis, yakni Sarjan Lahay dan dirinya.
Sayangnya kata Thoger, berita tersebut tidak memberikan ruang klarifikasi kepadanya. Padahal nama Roling Djafar alias Thoger tertulis jelas dalam narasi artikel berita tersebut.
“Lebih parahnya lagi setelah saya menghubungi Arlan dan mengirimkan hak jawab, hak jawab saya tidak kunjung dimuat. Alasan bahwa dia (Arlan_red) masih melakukan investigasi mendalam terkait berita (Dugaan Pemerasan_red) tersebut,” jelasnya.
Setelah lebih dari 24 jam menunggu, kata Thoger, Arlan kemudian mengirimkan link artikel berita otanahanews.com. Namun aneh hak jawab yang disampaikannya tidak secara utuh diberitakan.
“Yang diberitakan hanya sebagian kecil dari hak jawab yang saya sampaikan. Padahal hak jawab saya itu merunut kejadian sebelum pemberitaan dugaan pemerasan itu muncul,” imbuhnya.
Sebagai seorang jurnalis, Thoger merespon kecewa terhadap hal ini. Ia bahkan mengkritik profesionalisme Arlan yang belakangan diketahui merupakan pemimpin redaksi dari media siber otanahanews.com.
“Jika ingin menjadi wartawan yang baik, profesional lah sedikit. Jangan hanya jadi wartawan yang mencari sensasi tanpa memperhatikan etika jurnalistik,” tutupnya.