BANYAK raja di era millennial. Hampir semua profesi ada rajanya. Musim Pilkada atau Pemilu akan banyak mencetak alat peraga pemilu. Mulai dari spanduk, baloho, poster, bendera parpol hingga flayer selebaran caleg dengan sederet program gombalnya.
Untuk masalah percetakan ada yang menamai usahanya dengan Raja Cetak. Ada pula yang usaha kuliner dengan menu utama ayam kampung dengan ragam olahan digoreng, dibakar dan buat garang asem dengan nama Raja Ayam.
Demikian pula dengan aktivis penggiringan opini di media sosial (medsos) yang biasanya kita sebut Buzzer. Di Indonesia munculah nama Eko Kuntadi Raja Buzzer, entah dari mana dan siapa awal mulanya, hari ini gelar tersebut melekat padanya.
Buzzer adalah orang yang punya pengaruh tertentu untuk menyatakan suatu kepentingan. Dapat bergerak sendiri untuk menyuarakan sesuatu, atau bisa jadi ada sebuah agenda yang di setting. Dalam menyuarakan sesuatu dapat pakai identitas pribadi atau anonin.
Buzzer bisa menjadi orang perseorangan atau kolektif yang mendukung sebuah opini dalam suatu isu. Guna mempengaruhi pendapat pengguna sosial media, biasanya akan bekerja secara kolektif untuk menyuarakan hal yang sama.
Pekerjaan buzzer memang mempengaruhi opini publik di media sosial, termasuk para penulis kompasiana. Bedanya para kompasianer mempengaruhi opini dengan tulisan, berbagi informasi/ berita serta tidak dibayar plus tidak kolektif.
Sedangkan para buzzer pada umumnya terorganisir dengan baik. Dan aktifitas mereka 24 jam lakukan penggiringan opini sesuai yang disetting dan terus bekerja hingga opini di media sosial menjadi mengiyakan apa yang mereka opinikan.
Ada 4 macam peran buzzer : Pertama tim hore, mereka tugasnya selalu mengiyakan apapun yang disuarakan majikannya. Kedua tim maki-maki, mereka memaki orang yang tak mendukung majikannya, ketiga tim pelapor yang melaporkan jika ada orang yang berani menolak majikannya, keempat jika terjadi peralawana massif, pura-pura ikut dengan suara terbanyak di medsos (bunglon).
Misalnya saja Kenaikan BBM bersubsidi, maka sebelum dinaikan para buzzer sudah lempar opini, APBN kritis perlu diselamatkan, subsidi BBM dinikamati orang kaya dan tak tepat sasaran, alihkan ke BLT supaya tepat sasaran dan sejenisnya. Cuci otak seakan memang naik BBM itu langkah tepat selamatkan APBN dan agar rakyat mandiri tak disubsidi.
Sebulan pasca lempar opini, para bazzer akan terus lakukan pentrasi opini bahwa inflasi karena subsidi BBM harus diselamatkan dengan menaikan BBM, maka ditetapkanlah BBM naik, dan terus para buzzer bekerja menggiring opini bahwa ini langkah terpaksa, namun harus diambil.
Para Buzze sibuk giring opini membela dan membenarkan Pemerintah menaikan BBM karena sudah menyiapkan /mengantisipasi dampak dari kenaikan BBM tersebut denga memviralkan bahwa ada skema untuk tanggulangi dampak kenaikan BBM dengan BLT rakyat miskin dan BSU kepada para pekerja yang punya jamsostek. Seakan naiknya BBM ini harus diterima rakyat, disyukuri dapat BLT / BSU. Inilah salah bahanya opini yang disebarkan para buzzer.
Demo mahasiwa dan rakyat baik di Istana, DPR/MPR, dan di berbagai Kota dan Provinsi seperti biasa tak banyak masuk berita TV, hanya viral di medsos. Dan kita menjadi tak berdaya. Hanya mampu berdoa semoga kebutuhan bisa terpenuhi, meskipun gaji tak naik sementara semua kebutuhan bahan poko (Sembako) sudah naik sejak BBM naik.
BJorka dimunculkan seakan terjadi maling data yang sangat mengancam Negara, alihkan isu BBM dan Ferdy Sambo – Putri Chandrawati, namun dikerdilkan dengan tertangkapnya Bjorkah yang katanya hanya seorang pemuda yang kesehariannyajualan Es cendol di Madiun Jawa Timur.
Link ini [klik disini] lumayan gambarkan betapa Bjorkah mampu tutup berita raja judi online di lembaga Satgasus Ferdy Shambo :
Balik pada raja Buzer Eko Kuntadi yang sangat menghina Ning Imaz, hina Islam dan Ponpes dengan mengatakan bahwa “Clotehan Ning Imaz” tentang balasan bagi kaum laki-laki yang soleh dan bertakwa adalah bidadari.
Raja buzzer Eko Kuntadi menyebut bahwa “Ning Imaz” dan kaum kadrun otaknya hanya seputar selangkangan saja. Setelah viral dan akhirnya diminta minta maaf, maka ia datangi Ponpes Lirboyo Kediri, namun dengan ekspresi wajah yang ” tak tulus” .
Jika ini dibiarkan maka, akan semakin banyak buzzer-bazzer lain macam raja buzzer Eko Kuntadi yang senaknya menghina para penceramah, kiyai dan ustadz, tanpa takut hukuman penistaan agama. Cukup datang pura-pura menyesal dan minta maaf, maka beres urusan.
Sementara banyak ulama yang hanya karena beda pandagan dengan pemerintah dilaporkan pasal menghina pemerintah, masuk jaringan radikal, ditangkap dan dipenjarakan. Setelah putusan pengadilan terbukti tak bersalah dan bebas. Namun mereka dipenjara bahkan bertahun-tahun.
Mari jadi pembaca cerdas yang mampu menyaring opini di media sosial dan media massa kebenarannya. Karena hari ini antara berita fakta dan hoax sudah sulit dibedakan. Namun yang menjadi filter bagi kita adalah telusuri sumber berita, dicerna logis atau tidak, sesuai aturan hukum atau perundang-undangan atau tidak, lalu simpulkan.
Salam literasi dan terus suarakan kebenaran meski LANGIT akan RUNTUH. Selamat jalan Guruku dan Guru Bangsa Prof. Azyumardi Azra yang wafat pada Ahad 18 September 2022.
Penulis : Dail Ma'ruf - Guru Pembelajar, Motivator dan Penulis Buku
Konten ini telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "Raja Buzzer Eko Kuntadi dan Bahayanya"