Kapolres Boalemo Ungkap Kronologi Insiden Perdebatan dengan Penambang, Tegaskan Tidak Ada Kekerasan

ADMIN
AKBP Sigit Rahayudi didampingi Kombes Pol Desmont Harjendro, sat menjelaskan kronologi adu mulut dengan penambang di Mapolres Boalemo. Foto Dok
 

HESTEK.CO.ID – Kapolres Boalemo, AKBP Sigit Rahayudi, akhirnya memberikan kronologi lengkat atas insiden adu mulut antara dirinya dengan seorang penambang di Mapolres Boalemo.

Dalam klarifikasinya AKBP Sigit didampingi Kabid Humas Polda Gorontalo, Kombes Pol Desmont Harjendro, saat ditemui awak media di Mapolda Gorontalo, Rabu 4 Juni 2025.

banner 120x600

Sigit menegaskan tuduhan kekerasan yang dialamatkan kepadanya tidak benar. Ia memastikan setiap langkah yang diambilnya sepenuhnya berada dalam koridor hukum.

“Saya harus tegas karena dia menyebut-nyebut nama pejabat Polda secara tidak benar, dan mencoba mengancam anggota saya. Itu bentuk pembelaan terhadap institusi,” ujar AKBP Sigit dengan tegas.

Latar Belakang Kejadian

Kejadian tersebut berawal dari operasi penertiban terhadap tambang emas ilegal yang berlokasi di Desa Sari, Kecamatan Paguyaman. Tambang yang menggunakan alat berat escavator ini diduga merusak lingkungan dan aliran sungai setempat.

Menanggapi laporan dari masyarakat mengenai aktivitas tambang ilegal tersebut, Kapolres Boalemo memerintahkan Kapolsek Paguyaman dan tim Satreskrim untuk melakukan penindakan.

“Sudah diberikan imbauan dan larangan, tapi tetap diabaikan. Maka saya perintahkan tim turun ke lapangan,” ujar Sigit, menjelaskan latar belakang tindakan yang diambil oleh pihak kepolisian.

Tim yang turun ke lokasi hanya menemukan pekerja tambang dan saat penertiban dilakukan, sempat terjadi perdebatan mengenai legalitas penambangan tersebut.

“Kami kemudian menunjukkan surat perintah untuk melakukan penertiban meskipun ada peringatan untuk tidak melakukan pengambilan foto,” bebernya.

Perdebatan di Mapolres Boalemo

Keesokan harinya, Marten bersama seorang anggota Polri dan dua rekannya mendatangi Mapolres Boalemo untuk bertemu Kasat Reskrim.

Karena Kasat Reskrim sedang bersamanya, AKBP Sigit memutuskan untuk menemui mereka secara langsung. Dalam video yang kemudian beredar di media sosial, tampak perdebatan yang cukup intens dengan nada tinggi antara Sigit dan Marten.

Sigit mengakui dirinya emosi dalam pertemuan tersebut, namun ia menegaskan bahwa ia tidak melakukan tindakan kekerasan.

“Saya memang menginjak bagian bawah kursi kayu karena emosi, tapi saya tidak menendang atau menyentuh Marten. Itu bisa diklarifikasi dari video yang sudah ada di Propam,” jelasnya.

Selain itu, Sigit juga membantah adanya tuduhan mengenai setoran sebesar Rp30 juta per alat berat kepada pihak kepolisian, yang sempat disinggung dalam perdebatan.

Ia menegaskan tidak pernah ada pembahasan atau bukti transaksi semacam itu.

“Kalau memang ada bukti, silakan dibuka ke publik. Kami bekerja berdasarkan hukum, bukan kompromi,” tegas Sigit.

Penertiban Berkelanjutan

Sigit menyatakan bahwa penertiban terhadap aktivitas PETI di wilayah Boalemo akan terus dilakukan secara bertahap.

Ia mengungkapkan bahwa meskipun penertiban dilakukan, kegiatan pertambangan ilegal sering kali berpindah-pindah tempat, bahkan kembali lagi.

“Hari ini ditertibkan, besok muncul lagi. Tapi kami terus bergerak,” jelasnya.

Sebagai bentuk tanggung jawab terhadap insiden tersebut, AKBP Sigit juga menyampaikan permintaan maaf kepada keluarga Marten apabila ada kata-kata atau ucapan yang menyinggung selama pertemuan tersebut.

Ia mengungkapkan bahwa ia telah menemui istri Marten secara langsung untuk menyampaikan permohonan maaf secara pribadi.

“Namun tindakan saya murni untuk menegakkan hukum dan menjaga lingkungan,” pungkasnya.

Insiden ini menunjukkan betapa pentingnya penegakan hukum dalam melindungi lingkungan, meskipun harus dihadapkan dengan perdebatan publik yang panas.

Kejadian ini juga menjadi pelajaran tentang bagaimana sebuah tindakan yang tegas bisa menimbulkan beragam persepsi dari masyarakat, namun tetap harus dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip hukum yang berlaku.