HESTEK.CO.ID – Gorontalo kembali diwarnai kekerasan terhadap aktivis lingkungan. Syawal Hamjati, Eks Wakil Presiden Mahasiswa IAIN Gorontalo yang vokal menentang praktik pertambangan emas tanpa izin (PETI), menjadi korban terbaru serangan orang tak dikenal (OTK).
Aksi brutal ini kembali memperpanjang daftar kekerasan terhadap para pejuang lingkungan di daerah tersebut.
Insiden terjadi pada Rabu 15 Mei 2025, sekitar pukul 03.00 WITA dini hari. Saat itu, Syawal tengah pulang melewati jalur Gorontalo Outer Ring Road (GORR), tepatnya di area sepi dekat bekas kebun binatang.
Dua pria berboncengan dengan sepeda motor jenis Honda Beat Street hitam menghentikan laju motornya dan langsung menanyakan identitas.
“Kamu yang bernama Syawal?” tanya salah satu pelaku sebelum langsung melayangkan pukulan bertubi-tubi ke wajah, perut, dan bibir Syawal, dan langsung kabur meninggalkan korban dalam kondisi terluka parah.
Syawal menduga serangan itu berkaitan dengan sikap kritisnya terhadap aktivitas PETI, terutama di wilayah Pohuwato. Ia telah melaporkan peristiwa ini ke Polres Gorontalo.
“Perbuatan yang tidak gentleman ini harus diusut hingga tuntas,” ujarnya kepada media, Jumat 16 Mei 2025.
Rentetan Kekerasan terhadap Aktivis
Penyerangan terhadap Syawal bukan yang pertama. Dalam kurun tiga pekan terakhir, setidaknya tiga aktivis lingkungan lainnya mengalami kekerasan serupa.
Pada 27 April 2025, Hidayat Musa, eks Ketua Liga Mahasiswa Indonesia untuk Demokrasi (LMID) Gorontalo, diserang oleh dua OTK di kawasan Polsek Kota Timur. Salah satu pelaku menendang kepala Hidayat hingga helmnya pecah.
Lalu, pada 5 Mei 2025, Amin Dj. Suleman, Ketua Gerakan Aktivis Milenial (GAM), dipukuli dengan balok kayu oleh empat pria bertopeng di jalan yang sama, GORR. Aksi kekerasan itu terekam kamera dan viral di media sosial.
Terakhir, pada 13 Mei 2025, Harun Alulu alias Oga, Koordinator BEM Nusantara Gorontalo, dihajar empat pria berbaju hitam saat pulang ke kosan. Ia juga dipukul menggunakan balok kayu.
Meski seluruh korban telah melaporkan kejadian yang mereka alami, belum ada satu pun pelaku yang berhasil ditangkap. Proses penyelidikan pun dinilai stagnan, sementara kekerasan terus berulang.
Dugaan Upaya Pembungkaman Kritik
Sejumlah pihak menduga serangkaian serangan ini merupakan bentuk pembungkaman terhadap suara-suara kritis terhadap PETI. Kecurigaan juga mengarah pada keterlibatan oknum tertentu yang memiliki kepentingan dalam operasional tambang ilegal di wilayah tersebut.
Aktivis menyebut PETI di Gorontalo sebagai “kejahatan lingkungan berjamaah” yang merusak lingkungan dan merugikan masyarakat. Namun, para penentangnya justru menjadi sasaran ancaman dan kekerasan fisik.
Organisasi masyarakat sipil mendesak Polda Gorontalo segera mengusut kasus ini hingga tuntas dan memberikan perlindungan hukum kepada aktivis yang selama ini memperjuangkan keadilan lingkungan.
Respons Pihak Kepolisian
Kabid Humas Polda Gorontalo, Kombes Pol Desmont Harjendro, menyatakan bahwa penyelidikan terhadap kasus-kasus ini tengah berlangsung. Pihaknya juga telah memberikan dukungan kepada Polres Gorontalo untuk mempercepat proses hukum.
“Untuk kasus yang terjadi di Kabupaten Gorontalo, sudah dilakukan pemeriksaan dan masih dalam proses. Polda Gorontalo langsung membackup penyelidikan,” ujarnya, Selasa, 13 Mei 2025.
Ia menambahkan bahwa informasi lanjutan akan disampaikan setelah bukti dan keterangan saksi dianggap lengkap. Namun, ia enggan menanggapi lebih jauh saat ditanya soal keterkaitan serangan dengan aktivitas PETI.
“Secepatnya, kalau sudah lengkap keterangan dan bukti-bukti lain, akan kami informasikan kembali,” tegas Desmont.